Minggu, 31 Juli 2011

OBYEK WISATA SANCANG



Masyarakat tempo dulu cukup arif menggunakan hutan. Hutan sebagai sandaran kehidupan, tempat bertani dan berburu satwa diakui keberadaannya. Bentangan hutan masih lestari sampai puluhan tahun. Mereka tidak sekedar memahami pentingnya hutan untuk ketersediaan air dan udara. Tapi hutan ada dalam hatinya berwujud kepercayaan sakral. Jangankan pohonnya ditebang, beberapa hutan bahkan dilarang dimasuki. Istilah pamali dan hutan larangan cukup ampuh mencegah pembalakan hutan.

Ada semacam keyakinan bahwa roh para raja bersemayam di hutan. Misalnya Prabu Siliwangi yang menjelma menjadi macan putih konon bersemayam di hutan Sancang. Mitologi inilah yang menyebabkan masyarakat tempo dulu menghormati hutan. Tidak semua hutan dibuka dan dimasuki. Banyak hutan besar terlindungi secara alami disebabkan budaya yang dipegang teguh walaupun tanpa aturan tertulis ataupun peraturan daerah seperti sekarang.
Seiring perkembangan jaman, hal itu memang hanya mitos. Sesuatu yang sekedar tahayul dan di luar logika. Namun kemudian timbul pertanyaan di benak kita: Apakah hutan tidak lagi dihormati? Hutan menjadi tak layak dilindungi? Tanahnya dijejak, pohonnya ditebang? Lalu hutan jadi sah untuk dijarah?

Objek wisata hutan Sancang terletak 2 km dari pusat Kecamatan Pameungpeuk, 20 km dari kota Kabupaten Garut dan 180 km dari Bandung. Objek ini dapat dicapai dari dua tempat, yaitu Pameungpeuk dan pantai Cijeruk Indah. Untuk mencapai ke sana, dari Pameungpeuk pengunjung dapat menggunakan bus ke jurusan perkebunan karet Mira-Mare yang rutenya melalui pinggir kawasan dengan tarif Rp. 3.000/orang, atau angkot dengan tarif Rp. 4.000/orang. Apabila menggunakan ojeg, tarifnya Rp. 7.500 dari Pameungpeuk dan Rp. 3.500,- dari pantai Cijeruk Indah.

Bus yang melalui daerah ini hanya 3 bus/ hari. Jalan menunju ke hutan ini adalah kelas jalan kecamatan dan dengan lebar jalan 3 m, dan jalan desa selebar 2,5 m, serta jalan setapak (foot trail) selebar 0,5 m. Pada umumnya kondisi jalan dalam keadaan sedang diperbaiki. Diantaranya dalam kondisi rusak, jalan kelas V sepanjang 75 km dengan kondisi rusak. Jembatan berjumlah 5 buah jembatan beton sepanjang 27 m.

Hutan Sancang merupakan hutan alami, dan terletak di bagian selatan Kabupaten Garut, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya. Tepatnya di Desa Sancang Kecamatan Cibalong dan memiliki luas 2.157 ha. Wilayah ini berada di ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut. Tebing-tebing curam terdapat di sebagian pesisir pantai, khususnya di daerah sebelah timur yaitu wilayah Karang Gajah.

Hutan yang langsung bersentuhan dengan Samudra Indonesia ini mempunyai temperatur rata-rata 270 C per tahun, dengan suhu antara 170 C-280 C. Material tanahnya berpasir dan tanah gambut di bagian pesisir, sedangkan di daerah yang mempunyai radius 200 m dari garis pantai memiliki material tanah daratan pada umumnya, yaitu tanah hitam berbatu dengan tingkat kestabilan dan daya serap tanah yang cukup baik.

Kondisi lingkungan wilayah Hutan Sancang termasuk ke dalam kategori bentang alam yang baik dan menarik serta unik. Hutan Sancang juga merupakan cagar alam yang dilindungi dan memiliki ekosistem hutan tropis. Kualitas lingkungan dan kebersihannya pun masih terjaga, walaupun di bagian timur, yaitu di pesisir pantai, terdapat pondok nelayan yang menetap dan memanfaatkan lahan di area konservasi ini.

Di hutan ini tidak terdapat pencemaran (air, tanah, udara, sampah atau vandalisme), akan tetapi sering terjadi penebangan liar, perambahan hutan dan penjarahan/pencurian kayu, khususnya kayu meranti merah yang tergolong tumbuhan langka. Perambahan hutan tersebut telah menurunkan tingkat dan kualitas lingkungan Hutan Sancang dan menyebabkan kerusakan yang cukup serius.

Pada saat ini perusakan Cagar Alam Hutan Sancang telah mencapai lebih dari 200 ha. Hal tersebut, juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan ekosistem setempat. Apabila dilihat dari segi visabilitas, hutan Sancang memiliki tingkat pandang yang bebas dengan panorama alam yang indah dan eksotis, namun apabila berada di dalam hutannya, maka akan sulit untuk melihat kearah pantai karena susunan tumbuhan/pepohonan di Hutan Sancang sangat rapat.

Daya tarik utama yang terdapat di cagar alam ini adalah hutan yang masih asri dengan ekosistem yang unik dan pemandangan alam indah. Di hutan ini terdapat hutan bakau, sungai, berbagai jenis flora dan fauna, dan gugusan-gugusan batu yang menimbulkan panorama alam yang unik. Flora dominan yang terdapat di Hutan Sancang antara lain pohon ketapang, pohon bakau, tumbuhan Sorea, palahlar (Dipterocarpus spee.div), serta jenis tumbuhan/ flora pantai seperti agar-agar laut (Gracilaria, SP1), trumbu karang (Afluda mutica), paris (Mycrophyllum bracilieneis), kades (Gelidium lam) dan juga flora lain yang beragam jenisnya termasuk pohon meranti merah dan pohon Kaboa (Dipteroearpus gracilis) yang langka. Sedangkan fauna yang dominan di hutan ini antara lain banteng (Bos sonda/cus), macan tutul, monyet, lutung, dan burung merak.

Hutan Sancang yang merupakan salah satu cagar alam di Indonesia yang bertaraf Internasional ini belum tersentuh oleh fasilitas pariwisata secara khusus. Untuk fasilitas penunjang di Hutan Sancang hanya terdapat 1 pos jagawana serta petugas yang berjumlah 180 orang. Untuk aktivitis yang dapat dikembangkan di Hutan ini adalah: tracking, fotografi, menelusuri hutan, penelitian ekosistem alam, memancing, berkemah, dan aktivitas-aktivitas yang tidak merusak dan mengganggu ekosistem hutan.

Adapun mayoritas pengunjung yang datang ke Hutan Sancang ini berasal dari Garut, Bandung dan Jakarta. Landasan hukum kawasan hutan wisata ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 116/Um/1959 tanggal 1 Juli dengan luas wilayah laut sekitar 150 ha dan kini dikelola oleh Departemen Kehutanan.

Dulu, selain dikenal keangkerannya. Sancang juga memendam berbagai cerita yang unik. Menurut sumber tradisional, Sancang dahulu kala merupakan wilayah kerajaan. Salah satu penguasanya yang termashur dikenal dengan nama Rakean Sancang. Cerita ini juga didukung oleh beberapa situs purbakala yang diyakini sebagai bekas-bekas peninggalan Kerajaan Sancang.

Hutan Sancang adalah hutan yang dilegendakan sebagai tempat tilem (tempat hilangnya) Prabu Siliwangi. Di hutan ini juga terdapat pohon Kaboa (mirip dengan pohon bakau/Mangrove) yang menurut kepercayaan setempat merupakan penjelmaan para prajurit Pajajaran yang setia kepada Prabu Siliwangi. Oleh karena itu hutan ini dipercaya sebagai hutan keramat yang memiliki daya magis bagi kalangan masyarakat lokal.

Nama Sancang yang tersusun dari huruf-huruf Sancang dipercaya memiliki arti khusus, yaitu :

S mempunyai arti : Sasakala asal usul carita sesepuh urang-urang sadaya, yang berarti Hutan Sancang merupakan tempat asal usul nenek moyang kita semua.
A mempunyai arti: Anu luhur tur ngahiang, yang berarti daerah Sancang adalah daerah keramat dan sejak zaman dahulu sudah dikenal.
N mempunyai arti: Nyata sarta talapakuran tah ku aranjeun manusa, yang berarti Hutan Sancang adalah nyata dan perlu untuk dikaji oleh setiap manusia.
C mempunyai arti: Cacandran carita sesepuh urang sadaya, yang berarti Sancang adalah asal usul cerita tentang nenek moyang kita semua.
A yang kedua mempunyai arti: Aya nya carita Pasundan/ Padjajaran, yang berarti asal-mula dari kerajaan Pasundan dan Padjajaran.
N mempunyai arti: Nagri Padjajaran tilas Siliwangi, yang berarti Hutan Sancang merupakan salah satu wilayah negeri Padjajaran peninggalan Siliwangi.
G mempunyai arti: Goib di Sancang Pameungpeuk Garut, yang berarti Hutan Sancang mempunyai cerita gaib dan setiap manusia harus mempercayai hal-hal yang gaib.

Seperti pada kawasan konservasi umumnya, tidak ada sarana pariwisata di hutan ini, baik yang berupa fasilitas akomodasi ataupun rumah makan, tetapi apabila pengunjung ingin bermalam dapat menggunakan fasilitas akomodasi terdekat yang terletak di Kecamatan Pameungpeuk. Untuk fasilitas rumah makan juga terdapat di Kecamatan Pameungpeuk, sekitar 13 km dari pusat pemerintahan kecamatan.

Namun cerita dari hutan ini yang paling populer tentu saja mitos mengenai harimau (maung) Sancang, atau lebih dikenal sebagai Maung Kajajaden. Cerita tentang Harimau Sancang banyak diyakini bukan cuma isapan jempol. Konon banyak orang yang melihat dengan mata kepala sendiri keberadaan harimau di hutan tersebut. Menurut cerita itu pula, harimau-harimau di Sancang bukanlah sembarang harimau. Hewan itu konon jelmaan dari Prabu Siliwangi - Raja Pajajaran - serta anak buahnya yang ngahiang (menghilang). Mereka kemudian berubah ujud menjadi harimau karena dikejar-kejar oleh Kian Santang, putera Prabu Siliwangi sendiri, karena tidak mau masuk Islam dan dikhitan.

Banyak orang percaya bahwa harimau-harimau itu bisa berubah ujud kembali menjadi manusia. Manusia jadi-jadian ini sering berkeliaran di sekitar Sancang, bahkan ada di antaranya yang memperistri manusia biasa. Yang membedakannya dengan manusia biasa, manusia harimau ini konon katanya tidak memiliki ruruncang (lekukan di bawah hidung).

Yang jelas, hutan ini memang unik. Banyak dari jenis fauna dan flora yang ditemukan di hutan ini sulit ditemukan di tempat lain. Oleh karena itulah, pemerintah melalui Mentri Kehutanan pada 1978 menetapkan hutan Sancang sebagai hutan konservasi (suaka margasatwa) yang dilindungi. Di hutan ini dulu banyak ditemukan merak, julang, banteng, harimau Jawa, dan kancil. Juga ditemukan pohon reunghas dan kaboa yang disinyalir hanya tumbuh di hutan ini. Konon, jika menjelajahi hutan Sancang dan tidak ingin diganggu harimau, kita harus membawa kayu kaboa sebagai jimat pelindung. Bahkan bisa digunakan untuk memanggil harimau kajajaden, dengan cara diketrukkeun kana taneuh, dimana pun kita berada.

Karena keunikannya pula, hutan ini menjadi tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Baik wisatawan yang hendak menikmati keindahan alamnya, maupun wisatawan yang hendak berziarah ke situs-situs purbakala. Sayangnya, keadaan Sancang kini sangat jauh berbeda dengan hutan Sancang yang dulu. Keangkeran hutan ini mulai lenyap seiring dengan banyaknya pepohonan yang ditebang perambah liar. Sebagian lahannya dijadikan ladang pertanian.

Menurut penelitian tahun 2004, hampir setengah dari luas areal hutan Sancang telah hancur. Kekayaan flora dan faunanya banyak yang ikut hilang. Pengunjung jarang menemukan hewan-hewan khas hutan ini karena habitatnya dirusak. Bahkan pernah tersiar kabar banteng sancang sempat ditemukan berkeliaran di perkampungan penduduk. Sancang Ilang dangiang, yang artinya Sancang kehilangan jati dirinya, walaupun upaya-upaya reboisasi terus dilakukan untuk mengembalikan hutan ini seperti keadaannya semula.

MISTERI LEUWEUNG SANCANG



leuweung sancang/ist
Garut - Siapa yang tidak kenal Padjajaran? Kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat, dan siapa yang tidak kenal dengan prabu Siliwangi? Raja yang termashur dan dikenal sebagai Raja yang amat bijaksana, memiliki seorang istri bernama Dewi Kumalawangi dengan tiga orang putra Raden Walangsungsang, Dewi Rarasantang dan Raden Kiansantang.

Dalam perjalanan sejarah, terdapat legenda yang tentunya juga ada dan lahir dalam beberapa versi, karena dituturkan dari mulut kemulut sehingga sangat dimungkinkan adanya distorsi dan penyimpangan dari sejarah yang sesungguhnya. Sungguhpun demikian, penulis akan mengangkat sebuah versi dari beberapa versi yang beredar tentang usaha dari seorang anak Prabu Siliwangi, Raden Kiansantang untuk mengislamkan Ayahnya. Terlepas dari benar tidaknya, hal ini kami sampaikan bukan karena tendensi dari pihak manapun. Tetapi semata untuk penelusuran sejarah dan penambah bahan dan wawasan bagi penyelidikan lebih jauh. AKhirnya selamat membaca.

Tersebutlah Raden Kiansantang, yang lahir di Pajajaran tahun 1315. ia dikenal sebagai sosok pemuda yang sangat cakap. Tidaklah heran jika pada usianya yang masih muda, Kiansantang diangkat menjadi Dalem Bogor kedua, sebuah gelar bagi penguasa Bogor setingkat Kadipaten. Konon, Raden Kiansantang terkenal dengan kesaktianya. Tubuhnya kebal, tidak bisa dilukai senjata jenis apapun. Auranya memancarkan wibawa seorang ksatria, dan sorot matanya menggetarkan hati lawan.

Menurut legenda lama, dalam pengembaraanya menjelajahi seluruh tanah Pasundan, seumur hidup Raden Kiansantang belum pernah bertemu dengan orang yang mampu melukai tubuhnya.

Padahal keinginannya ingin sekali melihat darahnya sendiri mengalir. Hingga suatu hari, ia memohon kepada ayahnya agar dicarikan lawan yang hebat. Permintaan ini dikabulkan sang Ayah, Prabu Siliwangi yang akhirnya mengumpulkan para ahli nujum.

Prabu Siliwangi meminta bantuan pada ahli nujum untuk menunjukkan siapa dan dimana orang sakti yang mampu mengalahkan putranya, Raden Kiansantang.

Dalam keheningan tidak ada jawaban, akhirnya muncul seorang kakek yang menunjukkan ada seseorang yang bisa mengalahkan Raden Kiansantang. Menurut kakek tersebut, orang gagah yang bisa mengalahkan Raden Kiansantang ada di tanah suci Mekkah, namanya Ali.

Merasa tertantang, Raden Kiansantang ingin segera bertemu, namun sang kakek meminta syarat yang disebut-sebut harus bersemedi dulu di ujung kulon, atau ujung barat Pasundan dan harus mau berganti nama menjadi Galantrang Setra.

Dua syarat yang diajukan itu diterima dan mampu dijalankan dengan baik oleh Galantrang Setra sampai akhirnya ia pergi ke Mekkah, mencari seseorang yang diberitahukan oleh sang kakek tersebut.

Sampailah Raden Kiansantang di tanah Arab, dengan cepat ia mencari seorang yang bernama Ali. Pada akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang tidak dikenal di Arab. Ia mau mengantarkan Kiansantang bertemu dengan Ali, namun dengan satu syarat lagi bahwa dirinya mampu mengambil tongkat yang telah ditancapkan di sebuh tempat.

Demi untuk bertemu dengan Ali, Kiansantang menurut untuk mengambil tongkat yang tertancap di pasir. Tapi alangkah terkejutnya ia, ketika mencoba mencabut tongkat itu ia tak berhasil, bahkan meski ia mengerahkan segala kesaktiannya dan dari pori-porinya sampai keluar keringat darah.

Begitu mengetahui Kiansantang tak mampu mencabut tongkatnya, maka pria itu pun menghampiri tongkatnya sambil membaca Bismillah, tongkat itu dengan mudah bisa dicabut.

Kiansantang keheranan melihat orang itu dengan mudahnya mencabut tongkat tersebut sedang ia sendiri tak mampu mencabutnya. Singkat cerita akhirnya Kiansantang masuk agama Islam. Dan setelah beberapa bulan belajar agama Islam, ia berniat untuk kembali ke Pajajaran guna membujuk ayahnya untuk juga ikut memeluk agama Islam.

Sesampainya di Pajajaran, ia segera menghadap ayahandanya. Ia menceritakan pengalamannya di tanah Mekkah hingga masuk Islam. Karena itu ia berharap ayahandanya masuk Islam juga. Tapi sayang ajakan Kiansantang ini tidak bersambut dan ayahandanya bersikeras untuk tetap memeluk agama Hindu yang sejak lahir sudah dianutnya.

Betapa kecewanya Kiansantang begitu mendengar jawaban sang ayahanda yang menolak mengikuti ajakannya. Dan karena alasan itulah Kiansantang memutuskan kembali ke Mekkah demi memperdalam agama Islamnya dengan satu harapan, seiring makin pintarnya ia berdakwah mungkin ayahnya akan terbujuk masuk Islam juga.

Setelah 7 tahun kemudian, Kiansantang pun kembali lagi ke Pajajaran untuk mencoba mengislamkan ayahandanya. Mendengar Kiansantang kembali, Prabu Siliwangi yang tetap pada pendiriannya untuk tetap memeluk agama Hindu itu tentu saja merasa gusar. Maka dari itu, ketika Kiansantang sedang dalam perjalanan menuju istana, dengan kesaktiannya, prabu Siliwangi menyulap keraton Pajajaran menjadi hutan rimba.

Bukan main kagetnya Kiansantang setelah sampai di wilayah keraton pajajaran tidak mendapati keraton itu dan yang terlihat malah hutan belantara, padahal ia yakin dan tidak mungkin keliru, disanalah keraton Pajajaran berdiri.

Dan akhirnya setelah mencari kesana kemari ia menemukan ayahandanya dan para pengawalnya keluar dari hutan. Dengan segala hormat, dia bertanya pada ayahandanya, “Wahai ayahanda, mengapa ayahanda tinggal di hutan? Padahal ayahanda seorang raja. Apakah pantas seorang raja tinggal di hutan? Lebih baik kita kembali ke keraton. Ananda ingin ayahanda memeluk agama Islam.”

Prabu Siliwangi tidak menjawab pertanyaan putranya, malah ia balik bertanya, “Wahai ananda, lantas apa yang pantas tinggal di hutan?” “Yang pantas tinggal di hutan adalah harimau.” Jawab Kiansantang

Konon, tiba-tiba prabu Siliwangi beserta pengikutnya berubah wujud menjadi harimau. Kiansantang menyesali dirinya telah mengucapkan kata Harimau hingga ayahanda dan pengikutnya berubah wujud menjadi harimau.

Maka dari itu, meski telah berubah menjadi harimau, namun Kiansantang masih saja terus membujuk mereka untuk memeluk agama Islam. Namun rupanya harimau-harimau itu tidak mau menghiraukan ajakannya. Mereka lari ke daerah selatan, yang kini masuk wilayah Garut. Kiansantang berusaha mengejarnya dan menghadang lari mereka. Dia ingin sekali lagi membujuk mereka. Sayang usahanya gagal. Mereka tak mau lagi diajak bicara dan masuk ke dalam goa yang kini terkenal dengan nama goa Sancang, yang terletak di Leuweung Sancang, di kabupaten Garut.
Sebuah goa yang konon memiliki riwayat sejarah istimewa berkait dengan Raja Siliwangi yang konon berubah menjadi Harimau setelah menolah diajak anaknya. (imm/imm)

Peta Sancang

Desa Sancang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.  Luas wilayah Sancang  yaitu 7. 535 Ha (tujuh ribu lima ratus tiga puluh lima hektar). Batas wilayah Desa Sancang  disebelah utara yaitu Desa Sagara, disebelah selatan yaitu Samudera Indonesia, disebelah barat yaitu Desa Simpang dan disebelah timur yaitu  Kabupaten Tasik Malaya.
Desa Sancang
Gambar 1. Peta Lokasi Desa Sancang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut

Perkebunan Miramareu

Lahan landai yang penuh dengan rumput dan pepohonan tinggi, dilihat dari jauh betapa indahnya warna hijau itu berpadu dengan birunya langit cerah diselingi arakan awan, jarak pohon yang tak terlalu jauh dan tersusun rapi membuat cahaya matahari dengan mudah menerobos masuk, membuat seisi kebun yang bak hutan itu terang dengan sinar oranye. Ya, itulah gambaran sekilas PerkebunanMira Mare yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara  VIII (persero) . Perkebunan karet Mira Mare merupakan penghasil karet ke 2 terbesar di Jawa Barat, dapat dibayangkan dengan luas perkebunan itu sekitar 5.000 hektar terbentang sepanjang Kecamatan Cibalong sampai desa Sancang, merupakan desa paling ujung yang berbatasan langsung dengan Tasikmalaya.
Selain sebagai perkebunan karet, kebun Mira Mare juga sering digunakan untuk ngangon ternak, karena lahannya yang luas serta tersedia banyak rumput,  para penggembala dapat bersantai karena ternak mereka dapat makan dengan tenang. Dengan adanya hewan ternak di perkebunan banyak orang baru yang mengira cairan putih di dalam mangkok yang tergantung di pohon karet adalah susu. “Eh itu ada susu ya?”, “hah,mana mana??”, “oalah itu bukan susu tapi hasil nyadap karet”. Haha, ini merupakan sepenggal momen lucu kami ketika pertama kalinya melewati perkebun karet, tentu yang perlu dilihat disini bukan cairan putih yang ada dalam mangkok kecil di tiap pohon tapi hasil karet yang sudah dikumpulkan dalam ember yang lebih besar.
berikut dokumentasi perkebunan karet Mira Mare:



Profil Sancang


Sancang punya bentuk pantai yang unik. Terletak di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tasikmalaya. Jaraknya 90 Km dari Kota Garut, dan 180 Km dari Bandung. Luas kawasan konservasi Sancang mencakup hutan dan pantainya mencapai lebih dari 2000 Ha. Yang membedakan Pantai Sancang dengan pantai lain di selatan Jawa Barat ialah adanya hamparan beting sejauh kurang lebih 30 meter dari bibir pantai memisahkan lautan lepas, sehingga ombak dari Samudera Indonesia tidak sampai ke pantai waktu laut sedang surut.
Bening dengan air jernih dan dangkal, padang lamun yang subur, terumbu karang dan koral-koral gosong sepanjang garis pantai menjadikan Sancang bak kolam ikan air laut raksasa yang sangat menawan dan membuat hati merasa puas setelah melakukan perjalanan menuju pantai kurang lebih selama 2 jam, karena memang tidak ada akses kendaraan bermotor ke pantai Sancang.
Selain itu jika kita menyusuri setiap bibir pantai maka muara-muara sungai kecil yang berair tawar akan terasa sangat menyegarkan. Ranting-ranting dan batang pohon tumbang yang diterjang ombak seolah menunjukkan keganasan ombak yang merajalela.
Pantai Sancang langsung berbatasan dengan hutan lebat yang teduh. Di sana-sini terdapat sulur-sulur akar dan batang pohon berukuran besar yang menjorok ke arah pantai. Bahkan ada akar pohon yang membentuk terowongan kecil, sungguh unik dan cantik. Pasir di pantainya putih namun berbutiran kasar, pecahan kulit mollusca dan sisa-sisa tumbuhan yang mati mudah ditemukan karena tercecer di bibir pantai. Umang berbagai bentuk, kepiting berkulit putih, kepiting merah dan transparan berukuran seujung jari sampai sekepalan tangan membuyar berlarian seiring jelajah langkah kaki kami di sana, rumput laut yang menjumput dan sisa-sisa kulit kerang yang berwarna gelap hingga terang.
Sancang menawarkan petualangan yang dahsyat. Meski harus menyeberangi muara dan menyusur ke dalam hutan, namun segala kelelahan yang dialami selama perjalanan akan terbayar langsung dengan segala keekostisan pantainya.

Sejarah Sancang

Sancang berlokasi di wilayah Garut Selatan tepatnya di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Sancang merupakan tempat yang dilegendakan sebagai tempat tilem (tempat hilangnya) Prabu Siliwangi. Di tempat ini terdapat pohon Kaboa (mirip dengan pohon bakau/Mangrove) yang menurut kepercayaan setempat merupakan penjelmaan para prajurit Pajajaran yang setia kepada Prabu Siliwangi. Nama Sancang yang tersusun dari huruf-huruf SANCANG dipercaya memiliki arti khusus, yaitu :
  • S mempunyai arti : Sasakala asal usul carita sesepuh urang-urangsadaya, yang berarti Sancang merupakan tempat asal usul nenek moyang kita semua.
  • A rnempuilyai arti: Anu luhur tur ngahiang, yang berarti daerah Sancang adalah daerah keramat dan sejak zaman dahulu sudah dikenal.
  • N mempunyai arti: Nyata sarta talapakuran tah ku aranjeun manusa,yang berarti Hutan Sancang adalah nyata dan pertu untuk dikaji oleh setiap manusia.
  • C mempunyai arti: Cacandran carita sesepuh urang sadaya, yang berarti Sancang adalah asal usul cerita tentang nenek moyang kita semua.
  • A yang kedua mempunyai arti : Aya nya carita Pasundan / Padjajaran, yang berarti asal-mula dari kerajaan Pasundan dan Padjajaran.
  • N mempunyai arti: Negri Padjajaran tilas Siliwangi, yang berarti Hutan Sancang merupakan salah satu wilayah negeri Padjajaran peninggalan Siliwangi.
  • G mempunyai arti: Goib di Sancang Pameungpeuk Garut, yang berarti Hutan Sancang mempunyai cerita gaib dan setiap manusia harus mempercayai hal gaib seperti Tuhan YME yang sifatnya gaib.